PENGOLAHAN DAN PEMASARAN KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L.) GONGSENG RASA BAWANG PUTIH DAN BAWANG MERAH
DISUSUN OLEH :
YULIANTO
PROGRAM
STUDI KIMIA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR-RANIRRY
BANDA
ACEH
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kacang tanah merupakan salah satu sumber pangan yang cukup
penting sebagai sumber protein nabati. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke
tahun terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan
gizi masyarakat, diversifikasi pangan, serta meningkatnya kapasitas industri
makanan di Indonesia. Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati
yang penting karena mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi (29%).
Selain itu kacang tanah juga mempunyai kadar minyak yang tinggi (50%). Kacang
tanah merupakan tanaman polong-polongan kedua terpenting setelah kedelai di
Indonesia. Tanaman ini bukanlah tanaman asli Indonesia, melainkan tanaman
yangberasal dari daerah Brazilia. Namun saat ini telah menyebar ke seluruh
dunia yang beriklim tropis atau subtropis.
Tanaman kacang tanah memegang peranan penting sebagai pemenuh
kebutuhan kacang-kacangan untuk bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri.
Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan
bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan biji masyarakat dan makanan di
Indonesia. Tanaman kacang tanah biasanya di tanam di sawah atau di tegalan
secara monokultur atau polikultur. Biji kacang tanah mengandung zat-zat yang
berguna dan berisikan senyawa-senyawa tertentu yang sangat di butuhkan organ
tubuh manusia untuk kelangsungan hidup terutama kandungan protein, karbohidrat
dan lemak. Kandungan masing-masing unsur tersebut sangat tinggi seperti
kandungan protein sekitar 25-30 %, karbohidrat 12 % dan minyak 40-50 %.
Manfaat
yang dapat diambil dari tanaman kacang tanah yaitu sebagai bahan pembuatan
selai, mentega dan sabun. Tanaman ini dapat juga diolah menjadi makanan seperti
kue, camilan, dan minyak goreng. Kacang tanah dalam kegiatan sehari-hari dapat
dijumpai dalam bentuk makanan ringan atau cmilan berupa kacang gongseng maupun
kacang goreng. Cemilan tersebut sering dijumpai di kedai-kedai maupun di warung
kopi di sekitar kegiatan sehari-hari. Dari kegiatan tersebut munculah peluang
bisnis dari prduk kacang tanah bagi peneliti sehingga dapat dijadikan suatu
usaha.
B. Rumusan
Masalah
-
Bagaimana cara mengolah kacang gongseng
yang tepat?
-
Apa rasa yang tepat untuk produk kacang
gongseng?
-
Bagaimana cara memasarkan produk
tersebut?
C. Tujuan
-
Mengetahui cara mengolah kacang gongseng
yang tepat.
-
Mengetahui rasa yang tepat untuk produk
kacang gongseng.
-
Mengetahui cara memasarkan produk secara
efesien.
D. Manfaat
Dapat memanfaatkan peluang bisnis
yang dan tahu cara bagaimana berbisnis
dari sesuatu yang kita jumpai sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
secara ekonomi merupakan tanaman kacang-kacangan yang menduduki urutan kedua
setelah kedelai, sehingga berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai
ekonomi tinggi dan peluang pasar dalam negeri yang cukup besar. Biji kacang
tanah dapat digunakan langsung untuk pangan dalam bentuk sayur, digoreng atau
direbus, dan sebagai bahan baku industri seperti keju, sabun dan minyak, serta
brangkasannya untuk pakan ternak dan pupuk (Marzuki, 2007).
Hasil
tanaman kacang tanah di Indonesia tergolong rendah, karena masih berada di
bawah potensi produksi. Hasil kacang tanah lokal baru mencapai 1,45 t ha-1,
lebih rendah dibanding dengan potensi hasil varietas unggul seperti; varietas
Panter dan Singa yang dapat mencapai hasil 4,5 t ha-1 (Adisarwanto, 2000). Hal
ini menunjukkan bahwa hasil tanaman kacang tanah masih dapat ditingkatkan,
walaupun saat ini tersedia beberapa varietas unggul namun belum banyak
diketahui oleh petani, dan petani lebih mudah memasarkan varietas lokal yang
mempunyai bentuk biji dan polong yang disukai oleh konsumen serta mempunyai
keunggulan spesifik lainnya seperti ketahanan terhadap penyakit layu (Adisarwanto,
2000).
Sistematika
kacang tanah adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
atau tumbuh-tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
atau tumbuhan berbiji
Sub Divisi : Angiospermae
atau berbiji tertutup
Klas : Dicotyledoneae
atau biji berkeping dua
Ordo : Leguminales
Famili : Papilionaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis
hypogaea L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod &
Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl)
Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachis helodes
Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quarae Hochne.; Arachis
villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth (Deputi IPTEK MIG Corp).
Manfaat
kacang tanah bagi kehidupan manusia sudah dikenal oleh masyarakat hampir
seluruh dunia. Di Indonesia kacang tanah merupakan salah satu sumber protein
nabati yang cukup penting dalam menu makanan. Sebagai bahan konsumsi kacang
tanah diolah dalam berbagai bentuk makanan seperti kue-kue, cemilan, atau hasil
olahan lain. Di Indonesia kacang tanah memiliki beberapa nama antara lain
kacang cina, kacang brol, dan kacang brudal (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
adalah tanaman polong-polongan atau legum anggota suku Fabaceae yang
dibudidayakan, serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai
di Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu
setinggi 30 s.d 50 cm dengan daun-daun kecil tersusun majemuk. Tanaman ini
adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya selain kacang bogor yang
buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda
terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu (Adisarwanto, 2000).
Kacang
tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab, yaitu
rata-rata 65 s.d 75% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 800
s.d 1300 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan bunga sulit
diserbuki dan zona perakaran terlalu lembab sehingga menyuburkan pertumbuhan
cendawan dan penyakit yang menyerang polong (Marzuki, 2007)
Tanaman
Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedangkan bijinya
dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati. Sebagai tanaman budidaya, kacang
tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan
mentah, direbus, digoreng, atau disangrai. Komposisi zat-zat gizi dalam kacang
tanah cukup baik. Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang
tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus,
vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium (Marzuki,2007).
2.2. Bawang
Merah
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)
merupakan tanaman hortikultura yang semakin mendapat perhatian baik dari
masyarakat maupun pemerintah. Selama beberapa tahun terakhir ini, bawang merah
termasuk enam besar komoditas sayuran yang diekspor bersama-sama dengan kubis,
blunkol (kubis bunga), cabai, tomat, dan kentang. Bahkan bawang merah ini tidak
hanya diekspor dalam bentuk sayuran segar, tetapi juga setelah diolah menjadi
produk bawang goreng (Rukmana, 1995).
Penggunaan bawang merah pada berbagai menu masakan
sudah tidak asing lagi, baik sebagai penambah rasa dan keindahan (estetika)
pada menu, serta sebagai sumber beberapa vitamin dan mineral. Hasil analisis
bahan menunjukan bahwa pada 100 g umbi bawang merah mengandung 1,5 g Protein,
0,3 g Lemak, 9,2 g Karbohidrat, 36 mg Kalsium, 40,0 mg Besi, 0,03 mg Vitamin B,
2,0 mg Vitamin C, dan air 88 g (Samsudin, 1986 dalam Moh. Anshar, 2002). Hasil
studi menunjukkan bahwa usahatani bawang merah yang diusahakan oleh petani di
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada umumnya layak dan menguntungkan
(Damayanti dan Kalaba, 2004; Amin, 2004).
2.3. Bawang Putih
Bawang putih termasuk dalam familia Liliaceae
(Becker dan Bakhuizen van den Brink, 1963). Tanaman ini memiliki beberapa nama
lokal, yaitu, dason putih (Minangkabau), bawang bodas (Sunda), bawang (Jawa
Tengah), bhabang poote (Madura), kasuna (Bali), lasuna mawura (Minahasa), bawa
badudo (Ternate), dan bawa fiufer (Irian Jaya) (Santoso, 2000; Heyne, 1987).
Bawang putih merupakan tanaman herba parenial yang membentuk umbi lapis.
Tanaman ini tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30-75 cm.
Batang yang nampak di atas permukaan tanah adalah batang semu yang terdiri dari
pelepah–pelepah daun. Sedangkan batang yang sebenarnya berada di dalam tanah.
Dari pangkal batang tumbuh akar berbentuk serabut kecil yang banyak dengan
panjang kurang dari 10 cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok bersifat
rudimenter, berfungsi sebagai alat penghisap makanan (Santoso, 2000).
Bawang putih membentuk umbi lapis berwarna putih.
Sebuah umbi terdiri dari 8–20 siung (anak bawang). Antara siung satu dengan
yang lainnya dipisahkan oleh kulit tipis dan liat, serta membentuk satu
kesatuan yang kuat dan rapat. Di dalam suing terdapat lembaga yang dapat tumbuh
menerobos pucuk siung menjadi tunas baru, serta daging pembungkus lembaga yang
berfungsi sebagai pelindung sekaligus gudang persediaan makanan. Bagian dasar
umbi pada hakikatnya adalah batang pokok yang mengalami rudimentasi (Santoso,
2000;Zhang, 1999).
Metabolit sekunder yang terkandung di dalam umbi
bawang putih membentuk suatu system kimiawi yang kompleks serta merupakan mekanisme
pertahanan diri dari kerusakan akibat mikroorganisme dan faktor eksternal
lainnya. Sistem tersebut juga ikut berperan dalam proses perkembangbiakan
tanaman melalui pembentukan tunas (Amagase et al., 2001). Sebagaimana
kebanyakan tumbuhan lain, bawang putih mengandung lebih dari 100 metabolit sekunder
yang secara biologi sangat berguna (Challem, 1995). Senyawa ini kebanyakan mengandung
belerang yang bertanggungjawab atas rasa, aroma, dan sifat-sifat farmakologi
bawang putih (Ellmore dan Fekldberg, 1994). Dua senyawa organosulfur paling
penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non-volatil -glutamil-Salk( en)il-L-sistein
(1) dan minyak atsiri S-alk(en)ilsistein sulfoksida atau alliin (2).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian adalah kompor pemanas, pasir, kuali, sutil, timba, blender,dan
toples.
3.1.2. Bahan
Bhan-bahan yang digunakan dalam
penelitian adalah air, kacang tanah, bawang merah, dan bawang putih.
3.2. prosedur kerja
3.2.1. Preparasi Sample
Ditimbang kacang tanah sebanyak 2,5 kg,
kemudain cuci kacang dengan air sampai bersih. Setela bersih kacang tanah diletakan dalam sebuah
timba, ditimbang bawang merah dan bawang putih masing-masing sebanyak 0.5 kg
dan 0,25 kg, kemudian blender bawang tersebut hingga halus. Setelah bawang
halus, bawang dimasukan kedalam timbah yangberisi kacang tanah. Diaduk hingga
merata campuran bawang dengan kacang tersebut kemudian kacang diperam selama ±
12 jam. Kemudian kacang diemur hingga kering, setelah kering kacang di cuci
kembali agar terpisahkan antara kotoran
dari bekas bawang yang menempel. Kemudian kacang tanah diijemur kembali hingga
kering.
3.2.2. Penggongsengan Kacang Tanah
Disisapkn kacang tanah kering yang sudah
terproses, kemudian disiapkan alat penggongseng. Dihidupkan pemanas kompor
kemudian diletakan kuali yang sudah terisi dengan pasir. Setelah pasir terasa
panas kemudian kacang dimasukan kedalam kuali tersebut. Dengan teknik
penggongsengan yang dilakukan secara terus menerus agar kacang tanah yang
dihasilkan tidak gosong. Lama penggongsengan ±15 menit yang ditandai dengan
mulai berubahnya warna drai kulit kacang tanah sudah berubah kecoklatan.
Kemudian kacang dianagkat dan ditiriskan hingga dingin kemudian kacang dapat
dikemas dalam toples maupun plastic.
BAB
IV
HASIL
DAN EMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel4.1 hasil
pengamatan kacang ginseng rasa bawang merah dan bawag putih
No
|
Parameter
|
Enak
|
Cukup
|
Kurang
|
1
|
Warna
|
enak
|
-
|
-
|
2
|
Wangi
|
enak
|
-
|
-
|
3
|
Gurih
|
enak
|
-
|
-
|
4
|
Pedas
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Asin
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Renyah
|
enak
|
-
|
-
|
7
|
manis
|
enak
|
-
|
-
|
4.2. Pembahasan
Hasil
analisis memebuktikan bahwa kacang gongseng rasa bawang merah dan bawang putih
membuktikan bahwasaannya tersebut sangat disukai. Hal ini dibuktikan denga
hasil penelitian banyak yang mengatakan enak pada kacang gongseng tersebut. Dimana
rasa gurih dari kacang tersebut berasal dari kandungan kacang tersebut dimana
kacang banyak mengandung senyawa-senyawa yang tertentu. Menurut Marzuki, 2007
menyatakan bahwa Komposisi zat-zat gizi dalam kacang tanah cukup baik. Kacang
tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi, zat besi, vitamin E
dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin
dan kalsium. Dimana zat-zat tersebutlah yang menyebabkan rasa gurih pada kacang
tersebut, dan juga dari teknik menggongseng kavang tanah juga mempengaruhi rasa
gurih dari kacang tersebut. Dimana bila menggongseng kacang terlalu cepat
mengakibatkan kacang belum matang dan juga bila penggongsengan kacang terlalu
lama juga mempengaruhi rasa kacang tersebut menjadi pahit karena gosong. Jadi
teknik menggongseng kacang tanah tersebut juga mempengaruhi gurih, warna dann
renyahnya kacang gongseng tersebut.
Sedangakan
untuk wangi dari kacang gongseng tersebut berasal dari bawang merah dan bawang
putih. Dimana sari dari bawang merah dan putih melekat pada kulit kacang
tersebut, sengga pada saat penggongsengan berlangsung wangi daribawang tersebut
dilepaskan melaui panas yang diberikan. Dimana kandungan bang itu sendiri juga
tidak kalah pentingnya dengan kacang tanah. Dimana menurut Damayanti dan Kalaba, 2004; Amin, 2004, Hasil
analisis bahan menunjukan bahwa pada 100 g umbi bawang merah mengandung 1,5 g
Protein, 0,3 g Lemak, 9,2 g Karbohidrat, 36 mg Kalsium, 40,0 mg Besi, 0,03 mg
Vitamin B, 2,0 mg Vitamin C, dan air 88 g.
Sedangakan untuk bawang putih itu sendiri Senyawa ini kebanyakan
mengandung belerang yang bertanggungjawab atas rasa, aroma, dan sifat-sifat
farmakologi bawang putih (Ellmore dan Fekldberg, 1994). Dua senyawa
organosulfur paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino
non-volatil -glutamil-Salk( en)il-L-sistein (1) dan minyak atsiri
S-alk(en)ilsistein sulfoksida atau alliin (2).
Dari
penjelasan diatas diketahui bahwa aroma bawang yang peling terasa yanitu aroma
yang ditimbulkan dari bawang putih seperti yang disebutkan oleh Ellmore dan
Fekldberg.
Pada
rasa pedas dan asin tidak ada karena pada saat pemerosesan kandungan garam dan cabai
tidak diberikan pada saat proses pengeraman. Rasa tersebut tidak akan muncul
bila tidak ada penyebabnya. Dimana penelitian ini tdak menggunak bahan
tersebut, jadi untuk rasa asin dan pedas tidak akan diumpai pada kacang
gonggseng rasa bawang merah dan putih.
BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kacang gongseng rasa
bawang merah dan bawang putih memiliki rasa yang enak tetapi terdapat rasa yang
kurang pada kacang tersebut. Rasa tersebut merupakan rasa asin pada kulit
kacang, dimana rasa tersebut juga mempengaruhi hasil dari produk yang
dihasilkan. Dimana rasa asin itu sendiri juga mempunyai keunikan tersendiri.
Dimana rasa asin juga menambah rasa nikmat pada kacang gongseng. Jadi dari
penelitian yang telah dilakukan kekurangan rasa dari kacang gongseng rasa
bawang merah dan putih memiliki kekurangan pada rasa asin yang dihasilkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Adisarwanto,
T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering.
Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
Andrianto,
T.T., Indarto, N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Buncis, Kacang
Tanah, Kacang Tunggak. Yogyakarta: Absolut.
Amagase,
H., B.L. Petesch, H. Matsuura, S. Kasuga, and Y. Itakura. 2001. Intake of
garlic and bioactive components. Journal of Nutrition 131 (3): 955S–
962S. Challem, J. 1995. The Wonders of Garlic. http://www.jrthorns. com/
Challem/garlic.html
Amin
A, 2004. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran komoditi
agribisnis bawang goreng di Kota Palu. J. Agroland II No.4, Desember 2004.
Rukmana,
R., 1995. Bawang merah budidaya dan pengolahan pasca panen. Kanisius,
Yogyakarta.
Damayanti
L. dan Kalaba Y., 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan
pendapatan usahatani bawang merah di Desa Labuan Toposo Kec. Labuan, Kab. Donggala.
J. Agrisains 5 (3 ), Desember 2004.
Ellmore,
G. and R. Feldberg. 1994. Alliin lyase localization in bundle sheaths of garlic
clove (Allium sativum). American Journal of Botany 81: 89-95.
Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang
Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Santoso,
H.B. 2000. Bawang Putih. Edisi ke-12. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Zhang, X. 1999. WHO Monographs on Selected
Medicinal Plants: Bulbus Allii Sativii. Geneva: World Health Organization.
lampiran







No comments: